Remaja, satu kata yang mewakili suatu fase perkembangan individu yang sudah pasti sangat tidak asing ditelinga kita sebagai orang tua.
Menjadi orang tua bagi remaja mungkin merupakan salah satu tantangan tersendiri bagi sebagian orang tua. Karena tidak jarang, menjadi orang tua bagi “seorang remaja” adalah fase tersulit dari semua fase kehidupan sebagai orang tua. Hal yang paling sering dikeluhkan dari orang tua yang memiliki remaja adalah seringnya anak dan ayah atau ibu berselisih paham. Hal ini terjadi karena biasanya remaja sudah memiliki pola pikir sendiri mengenai sesuatu. Dan tidak jarang hal ini bertentangan dengan apa yang orangtua harapkan. Misalnya saja mengenai pemilihan kelanjutan studi, ranah pertemanan, ataupun ranah pribadi.
Pada satu sisi, remaja sudah tidak mau lagi dianggap sebagai anak kecil dan ingin pendapat serta argumen-argumennya didengar. Namun, pada saat yang bersamaan remaja juga masih memiliki sisi anak-anak seperti senang diperhatikan dan masih perlu dibimbing orang tua.
Mungkin kita sering mendengar anak mengucapkan “Bunda, sudah aku bilang aku tuh bukan anak kecil lagi.” Atau pada saat kita mencoba memberikan masukan dari masalah yang sedang dihadapi anak, mereka akan berkata “ Udah deh, ayah ga usah ikut-ikutan”. Namun disisi lain mereka tiba-tiba bertanya “Bunda, sisir dimana yaaa” atau “Ayah, tolongin aku… temen aku maksa buat jalan padahal aku lagi males”. Persoalan-persoalan ini seperti bertolak belakang. Satu sisi mereka ingin terlihat seperti orang dewasa yang sepertinya sudah dapat memecahkan masalahnya sendiri. Namun disisi lain, mereka masih membutuhkan bantuan orang tua bahkan untuk hal-hal yang kecil.
Jika orang tua tidak mengerti bagaimana menghadapi anak remaja, maka disinilah masalah akan timbul. Akan ada kesenjangan atau jarak antara orang tua dan remaja. Remaja akan cenderung menutup diri dari orang tua. Lebih senang memendam masalahnya atau bahkan lebih nyaman bercerita kepada teman-temannya. Padahal, belum tentu teman-temannya pun akan memberikan saran yang tepat. Lalu bagaimana agar anak remaja kita mau terbuka dan dekat dengan kita?
Maka kita harus menjadi “Orang Tua Keren” dimata mereka. Keren tak melulu soal cara bicara tetapi lebih kepada bagaimana orang tua mampu memposisikan diri sebagai sahabat bagi mereka. Seperti apa sih orang tua keren itu? Dibawah ini akan coba dipaparkan beberapa cara menjadi orang tua keren bagi remaja:
-
Jangan bosan menjadi pendengar setia. Pada dasarnya, remaja sedang mengalami perubahan-perubahan cepat pada dirinya. Baik perubahan fisik maupun psikis. Tidak jarang banyak remaja memiliki banyak pertanyaan mengenai perubahan yang terjadi. Disinilah peran orang tua hadir, dengarkan mereka dengan segala cerita dan pertanyaannya. Mungkin masalah atau pertanyaan yang dilontarkan terasa sepele bagi kita, namun tidak bagi remaja. Jika orang tua selalu hadir sebagai pendengar setia, remaja akan merasa dihargai dan diperhatikan maka ia akan secara terbuka menceritakan apapun kepada kita.
-
Jadilah sahabat bagi anak. Kita sebagai orang tua yang memiliki anak remaja harus sering menurunkan ego kita sebagai orang tua agar dapat masuk kedalam pola pikir remaja. Remaja bukan lagi anak kecil yang jika diperintah melakukan sesuatu akan menurut. Mereka sudah memiliki ego sendiri untuk mempertahankan apa yang menurut mereka benar. Jadi, agar arahan kita didengar dan dituruti oleh remaja maka bertindaklah sebagai sahabat. Apa yang biasa sahabat lakukan? Ya, memberi masukan tanpa menggurui dan lagi-lagi mendengarkan.
-
Masuklah kedalam dunianya. Cari tahu apa yang sedang ia gemari, lalu cobalah mencari informasi lebih mengenai hal tersebut. Hal-hal tersebut dapat kita jadikan topik pembicaraan yang hangat dan intim dengan anak kita. Ini juga sebagai pintu masuk kita kedalam dunianya.
-
Sering-seringlah menghabiskan waktu bersama. Kebanyakan remaja akan mulai menolak jika diajak pergi oleh orang tuanya. Mengapa hal itu terjadi? Karena kebanyakan dari mereka mulai bosan dengan kegiatan itu. Hal itu bisa disebabkan oleh beberapa sebab diantaranya tempat tujuan yang mereka anggap membosankan, suasana perjalanan yang menurut mereka kurang seru, atau mungkin suasana ditempat tujuan yang tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Agar hal itu tidak terjadi, maka ajaklah mereka bermusyawarah menentukan tempat tujuan. Lalu, berusahalah untuk menikmatinya.
-
Selalu libatkan mereka dalam pembicaraan keluarga. Ada beberapa orang tua yang lupa melibatkan anak mereka dalam pembicaraan keluarga. Anak cenderung hanya tinggal menerima hasil dari apa yang telah diputuskan orang tuanya. Tanpa kita sadari, mereka mungkin memiliki pandangan atau cara berfikir yang mungkin tidak terfikir oleh kita. Maka, ajaklah mereka berdiskusi mulai dari hal kecil sampai hal-hal besar. Ini akan mengajarkan mereka untuk berfikir kritis dan menumbuhkan rasa percaya diri untuk mengemukakan pendapat.
Inti dari beberapa tips diatas adalah komunikasi. Dengan komunikasi dua arah yang baik maka akan terjalin kedekatan emosi dengan anak kita. Mari sama-sama belajar menjadi orang tua keren bagi remaja, sehingga mereka akan merasa nyaman untuk menjalin komunikasi yang efektif dengan kita.
Kamis, 21 November 2024 1 181