Orang tua memiliki peran secara langsung yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Dalam psikologi perkembangan telah lama membahas tentang pentingnya hubungan keluarga untuk perkembangan anak (Bronfenbrenner, 1986). Keluarga merupakan lingkungan pertama dimana anak dapat belajar (Home Learning Environment) dan mendampingi pembelajaran anak dalam melakukan kegiatan atau aktivitas bersama. Hubungan di dalam keluarga memiliki peran utama dalam membentuk kesejahteraan individu atau istilahnya dikenal dengan individuals well-being (Merz, Consedine, Schulze, & Schuengel, 2009). Antar anggota keluarga saling terhubung dalam setiap tahap kehidupan, dan hubungan ini merupakan sumber penting dari hubungan sosial dan pengaruh sosial bagi individu sepanjang hidup mereka (Umberson, Crosnoe, & Reczek, 2010).
Tujuan dari terbentuknya sebuah keluarga adalah untuk mengasuh dan membesarkan anak-anak; menjaga persatuan keluarga; serta melestarikan, memperkuat, dan memelihara keluarga. Dukungan atau support yang diberikan oleh anggota keluarga dapat berupa saling memberikan nasihat, cinta dan kasih sayang melalui kata-kata, bentuk kepedulian berupa memberikan perhatian-perhatian kecil dan lain sebagainya. Namun di dalam keluarga juga terdapat ketegangan yang ditimbulkan akibat adanya perbedaan pendapat, saling beradu argumen, adanya sikap saling menuntut anggota keluarga, hal-hal tersebut dapat memicu dan mempengaruhi kesejehtaraan atau well-being antara orang tua dan juga anak. Keteganggan yang terjadi dalam keluarga dapat menjadi stressor bagi orangtua maupun anak. Maka dari itu, sebuah keluarga perlu membangun hubungan yang baik antara lain saling memberikan dukungan atau support system.
"Dukungan" (support) diartikan sebagai sumber daya dan strategi yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan, pendidikan, minat, dan kesejahteraan seseorang dan dapat meningkatkan fungsi individu (Luckasson, 1992). Sebuah penelitian menunjukan bahwa support system dalam keluarga memberikan dampak positif pada anak yaitu meningkatkan self-esteem atau harga diri yang besar dan dapat mendorong optimisme pada anak sehingga terjaganya kesehatan mental yang baik pada anak (Symister & Friend, 2003). Hubungan keluarga bersifat wajib, tahan lama, dan berkembang seiring waktu, serta hubungan keluarga bersifat sulit untuk diputuskan atau diakhiri, tidak seperti hubungan pertemanan yang biasanya diakhiri jika kualitas hubungan sudah mulai tidak baik. Mirip dengan hubungan antara orangtua dan anak, hubungan antar saudara juga dapat memiliki aspek positif maupun negatif. Pentingnya membangun hubungan antar saudara kandung untuk kesejahteraan (well-being) dalam keluarga.
Hubungan anak dan orang tua cenderung untuk tetap berhubungan dekat satu sama lain. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Evans dkk (2016) menyatakan bahwa seiring bertambahnya usia anak-anak dan orang tua, sifat dari hubungan orang tua-anak akan berubah sedemikian rupa sehingga anak-anak yang telah menjadi remaja atau dewasa dapat mengambil alih peran “pengasuhan” yang mereka terima sejak kecil untuk orangtuanya.
Keluarga secara signifikan memiliki keterkaitan dengan kualitas hidup keluarga (family quality of life). Sebuah penelitian menunjukan bahwa sumber dukungan yang paling dibutuhkan seorang anak adalah dari keluarganya, dibandingkan dengan teman nya yaitu dengan persentase kebutuhan sebesar 89%. Berikut ini adalah bentuk-bentuk dukungan (type of support) :
-
Dukungan emosional (emotional support): Bantuan yang berkaitan dengan peningkatan fungsi psikososial dalam hal mengurangi stres dan meningkatkan orientasi perasaan yang positif.
-
Dukungan fisik (physical support) : Bantuan yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan fisik (misalnya pemeriksaan kesehatan, gizi) atau keterampilan hidup sehari-hari anggota keluarga penyandang disabilitas (misalnya, membantu anak buang air, makan, dll)
-
Dukungan material ( material support) : Bantuan terkait dengan peningkatan akses ke sumber daya keuangan yang memadai dan penyelesaian tugas-tugas yang diperlukan
-
Dukungan Informasional (informational support): Bantuan terkait peningkatan pengetahuan dari materi lisan atau tertulis yang disajikan baik secara online, melalui media cetak, atau video yang mengarah pada pengambilan keputusan yang lebih baik
Daftar Rujukan:
Bronfenbrenner U. (1986). Ecology of the family as a context for human development: Research perspectives. Developmental Psychology; 22(6)
Merz, E.-M., Consedine, N. S., Schulze, H.-J., & Schuengel, C. (2009). Well-being of adult children and ageing parents: Associations with intergenerational support and relationship quality. Ageing & Society; 783–802 (29)
Umberson, D., Pudrovska, T., & Reczek, C. (2010). Parenthood, childlessness, and well-being: A life course perspective. Journal of Marriage and Family; 612–629 (72)
Luckasson, R. (1992).Mental retardation, definition, classification, and systems of supports(9th ed.). Washington, DC: American Association on Mental Retardation
Symister, P., & Friend, R. (2003). The influence of social support and problematic support on optimism and depression in chronic illness: A prospective study evaluating self-esteem as a mediator. Health Psychology; 123–129 (22)
Evans, K. L., Millsteed, J., Richmond, J. E., Falkmer, M., Falkmer, T., & Girdler, S. J. (2016). Working sandwich generation women utilize strategies within and between roles to achieve role balance. PLOS ONE, 11
Kamis, 21 November 2024 1 181